Sabtu, 19 November 2016

Madrasah Perlu Miliki ‘Kultur Madrasah’

Oleh : Da’in Muthoha SE *)

Madrasah hendaknya menjadi tempat di mana semua siswa dapat belajar dengan baik. Madrasah harus menjadi lembaga yang adil dengan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama baik secara kualitas maupun kuantitas bagi setiap siswa. Ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap anak dilahirkan dengan tingkat kecerdasan bawaan yang sama dan kemampuan lebih, merupakan hasil pencarian ketimbang anugerah.

Seorang anak bisa menjadi lebih atau kurang cerdas disamping tergantung pada kondisi keluarga, juga pada lingkungan sosial dan pendidikan ia alami. Di sinilah madrasah diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam pembentukan intelektual, emosional, dan spiritual anak.

Madrasah seharusnya menjadi wadah pemupukan kecerdasan setiap siswa dan di atas segalanya. Hal itu untuk menjamin agar setiap anak mendapat kesempatan belajar yang sama dan layak. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang optimal tersebut, madrasah perlu memiliki kultur yang seharusnya memang dimiliki oleh madrasah. Kultur tersebut di antaranya adalah lingkungan yang teratur, kesepakatan dan kerjasama antarguru, konsentrasi kepada kemampuan dasar dan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, pemantauan terhadap kemajuan siswa, administrasi dan kepemimpinan, kebijakan yang melibatkan orang tua dan harapan yang tinggi.

Berkenaan degan itu, tiga karakter dasar madrasah perlu dikembangkan secara menyeluruh di semua madrasah. Tujuannya, agar dapat menciptakan madrasah yang mendekati kriteria-kriteria idealisme pendidikan yang diharapkan.

Pertama, memiliki kultur yang kuat. Kultur merupakan jiwa madrasah yang memberikan makna bagi setiap kegiatan kependidikan Madrasah dan menjadi jembatan antara aktifitas dan hasil yang dicapai. Kultur adalah sebuah keadaan yang mengantarkan siswa madrasah melebihi batas-batas kekurangan manusiawi menuju tingkat kreativitas, seni dan intelek yang tinggi. Kultur juga merupakan kendaraan untuk mewujudkan atau  mencapai nilai-nilai pendidikan. Karena itu kultur Madrasah, dalam hal ini kultur belajar, haruslah dibangun sejak awal agar semua elemen madrasah memiliki komitmen untuk kemajuan madrasah.

Kedua, kepemimpinan kolaboratif dan belajar kolektif. Kepemimpinan dalam madrasah haruslah didefinisikan sebagai sebuah proses belajar bersama yang saling menguntungkan yang memungkinkan seluruh unsur warga madrasah turut ambil bagian  dalam membangun madrasah. Kolaborasi yang dimaksud bukan hanya sekedar berarti setiap orang mampu menyelesaikan pekerjaannya, tapi yang terpenting adalah semuanya dilakukan dalam suasana kebersamaan dan saling mendukung. Kolaborasi menjadi menjadi learning organization (belajar berorganisasi) karena hal itu berhubungan erat dengan norma dan kesempatan bagi terjadinya proses belajar yang terus menerus.

Ketiga, membiasakan siswa mengadapi perubahan. Hidup adalah perubahan secara alami yang tidak bisa diprediksi. Agar bisa memahami dan berbuat dalam kondisi yang tidak bisa diprediksi tersebut, sebuah upaya pendidikan yang terus menerus, seumur hidup menjadi sebuah kemestian. Dengan kata lain untuk menciptakan budaya belajar yang terus menerus maka perubahan perlu diciptakan.

*) Penulis adalah guru Mapel IPS dan Olahraga MTs Ulumiyyah.


`

Tidak ada komentar:

Posting Komentar