Dilihat dari berbagai lensa kehidupan, pihak yang memotori kuatnya dunia Islam adalah para generasinya sendiri. Terkait itu, banyak dari kalangan yang merekomendasikan bahwa salah satu hal yang dapat digunakan untuk membentuk generasi Islam adalah pesantren salafi. Dimana tempat yang pertama kali dirintis oleh para walisongo. Inilah yang menjadi salah satu tonggak utama penyebaran islam di Indonesia.
’Pesantren Salafi - Modernsasi’ topik yang kini marak diperbincangkan. Pengertian pesantren menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah tempat para santri menimba ilmu. Sedangkan Salafi adalah kuno, serta Modernisasi yang berarti pembaharuan model yang tentunya tidak menggunakan model salafi yang ‘berupa utawi iki iku’.
Modernisasi merupakan hal baru yang mampu mempengaruhi segala aspek kehidupan baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Dari yang anak-anak, remaja, dewasa, sampai lansia yang mana kesemuaan dari ini dimotori oleh orang barat. Kesemuaan dari ini semua banyak yang tidak sesuai dengan ajaran salafi agama islam.
Salafi mengajarkan hidup sosial, gotong royong, kebersamaan. Namun kehidupan yang kini tengah terjadi di kalangan masyarakat sangat jauh dari itu. Paham individualisme telah mengisi setiap sudut kehidupan.
Berbeda dengan sistem yang digunakan salafi. Sistem ini selalu mengikuti jejak salafus sholeh. Mengkedepankan akhlak, moral dan hidup sosial. Lebih-lebih kehidupan yang sudah tercermin dalam pesantren salafi, semuanya tidak pernah lepas dari goton royong dan sosial. Semua program yang diusung melibatkan banyak orang/santri seperti ro’an, musyawaroh, sorogan kitab, sampai bahtsul masail. Semuanya menderminkan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Kehidupan yang saling bertolak belakang, mungkinkan mampu bersanding dan berjalan selaras? Sedangkan kehidupan masing-masing dari mereka memiliki unsur pribadi yang sangat signifikan. Modernisasi telah mengunggulkan teknologi sampai kancah nasional dan mempengaruhi kepribadian yang mengarah pada sifat individulistik. Sebaliknya, salafi unggul dalam tatanan akhlak dan moral namunhanya mencakup bagian tertentu.
Pandangan penulis, dari kenyataan obyek jika dipandang dari lensa praktiknya, pesantren dapat berperan aktif dan bersanding dengan dunia modernisasi. Tentu saja dengan tetap membawa fungsimua.
Pertama, pesantren sebagai pembatas. Sub-sub yang sudah tersebar melalui teknologi sangatlah sulit dihentikan yang bisa dilakukan hanyalah membatasi. Tidak sepatutnya jika semua yang diproduksi dalam kecanggihan teknologi harus dikonsumsi. Karena dalam praktiknya pesantrenlah yang paling unggul mencetak moral dan akhlak yang baik. Pesantren membekali ilmu agar bisa membatasi mana yang layak diasumsi dan mana yang tidal layak.
Kedua, Pesantren sebagai media penyaring. Pilah pilih dalam hal baru sangatlah penting. Di sinilah pesantren yang akan berperan yaitu dengan tetap mempertahankan apa yang telah diajarkan syariat. Tentunya juga mampu menyaring perkembangan akan kecanggihan teknologi yang kini hampir menguasai seluruh dunia. Sehingga dalam realisasinya, pesantren tidak dianggap senagai hal yang kuno.
*) Siswa Kelas XII-A pengurus OSIS MA Unggulan Ulumiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar